Sebuah cerita klasik, mengenai percintaan, dikemas simpel namun cukup menarik. Inilah yang saya temukan dalam film Bangkok Traffic Love Story. Bukan film baru, lantaran dirilis 2009 lalu. Dulu, saya pernah pingin nonton film ini setelah membaca resensinya di sebuah majalah. Baru sekarang ini bisa terwujud. Gara-garanya dulu salah beli DVD. Kelupaan judulnya waktu itu malah nyaut Bangkok Love Story. Sepintas mirip kan? Sampai di rumah, loh kok ceritanya beda sama yang saya baca he he he dasaarr.
Ternyata, Bangkok Traffic Love Story ini memang bagus. Meski di negara asalnya sana, Thailand, banyak mendapat kritikan karena plot alias jalinan ceritanya yang dianggap miskin, selera pasar tak dapat ditipu. Film ini menjadi box office dengan meraih pendapatan terbesar selama tahun 2009, dan memenangi sejumlah penghargaan.
Ya emang sih, seperti yang saya bilang tadi, film ini menyuguhkan cerita klasik mengenai kisah percintaan seorang perempuan dan lak-laki. Tapi, yang ini entah kenapa enak banget ditonton. Saya suka film ini. Tidak membosankan, dan sangat ‘membumi’ ceritanya. Jangan-jangan, karena situasinya mirip dengan hidupku ya? ha ha ha…
Di film ini diceritakan kisah Mei Li (Sirin Horwang), perempuan berusia 30 tahun yang masih saja jomblo, padahal dari segi penampilan ia tak jelek. Tapi kisah percintaannya dengan kaum adam sangatlah minim. Tak heran di grup ceweknya, tinggal dialah yang masih single. Sedangkan semua teman-teman ceweknya telah menikah.
Sampai suatu ketika ia bertemu dengan Loong (Theeradej Wongpuapan), seorang insinyur yang bekerja di BTS Skyrtrain Thailand. Sepertinya Li jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Loong yang emang ganteng itu. Mulai saat itulah ia mencoba mendekati Loong. Tapi karena pengalamannya dengan pria minim, ia minta bantuan pada tetangganya yang masih ABG tapi sudah pro levelnya dalam urusan percintaan, Plern (Ungsumalynn Sirapatsakmetha).
Adegan-adegan kocak pun muncul di film ini seiring pendekatan yang dilakukan Li. Ia seakan ingin ‘balas dendam’ 17 tahun yang disia-siakannya selama ini dengan bersikap pasif pada lawan jenis. Itu karena sejak ABG Li menuruti perkataan ibunya agar tak lebih dulu mengambil inisiatif saat mendekati cowok. Ternyata, ibunya membohonginya. Duh!
Banyak hal yang mendukung sehingga film ini menarik untuk ditonton. Ceritanya yang berseting kehidupan sehari-hari ala Bangkok justru menjadi daya tarik. Menemukan cinta dalam moda transportasi kereta api. Li yang dilarang ayahnya menggunakan mobil setelah secara sembrono mabuk dan mengalami kecelakaan tunggal, terpaksa beraktivitas dengan menggunakan transportasi umum. Untuk menuju kantornya ia pun harus berganti hingga 3-4 moda. Ya ngojek, naik angkot, naik boat, sampai kereta api. Ketika berada dalam kereta api itulah ia semakin dekat dengan Loong, yang juga pelanggan setia BTS Skytrain.
Sementara keluarga Li merupakan keluarga urban dari Cina yang menetap di Bangkok. Ayahnya membuka bengkel sekaligus showroom motor Honda. Ibu, nenek, serta asisten rumah tangga mereka hobi berat nonton sinetron. Mereka pun sudah berusaha menjodohkan Li.
Saya suka dengan karakter Li di film ini. Lihat saja bagaimana ia bangga setengah mati bisa jalan bareng dengan Loong yang keren. Cewek-cewek yang tertarik dengan Loong ia ‘ejek’ dengan menunjukkan seakan bilang ‘ he is mine!’ ha ha ha asli bikin ngakak. Namun di sisi lain, Li sebenarnya tak pede untuk dekat dengan Loong, yang dianggapnya pria sempurna.
Bagaimana tidak, kalau ternyata Loong mantannya bintang sinetron terkenal, Kob Kavita (Taksaorn Paksukjareon) yang sinetronnya itu sering ditonton keluarganya Li! Ada adegan lucu, saat tertidur di kereta api, Loong yang dikenali penumpang di sebelahnya sebagai eks pacar Kob secara diam-diam diambil fotonya. Maksa banget nih cewek wakaaakaa..
Atau, tonton bagaimana kesedihan Li setelah ditinggal menikah sahabat terbaiknya, Ped (Panisara Pimpru). “Aku merasa kesepian,” ujar Li pada Ped. Yah begitulah yang dirasakan wanita usia 30-an yang masih single, belum menikah, dan semua sahabatnya sudah sibuk dengan urusan rumah tangganya sendiri… Ped pun menyarankan agar Li segera mencari kekasih.
Apakah Loong akhirnya bersedia menjadi pacar Li? Apalagi selama pendekatan, Li ini bukannya bernasib baik tapi malah apes. Merusakkan kacamata, laptop, dan kamera poket Loong. Ditambah lagi Loong ternyata juga harus melanjutkan kuliahnya di Jerman selama dua tahun. Nah lo…
He he he tenang saja. Seperti layaknya cerita romantis komedi, film ini berakhir dengan bagus. Beneran, endingnya tak terlalu ‘berbunga-bunga’ tapi manis banget. Halaaah.. Di film ini, nuansa romantisnya emang dibuat beda. Tak ada adegan saling menyentuh, berciuman, apalagi adegan ranjang. Kebiasaan pasangan yang berkencan dengan nonton film di bioskop pun diganti dengan jalan bareng ke Planetarium, nonton bintang-bintang di siang hari, dan bermain air di festival Songkran.
You just don’t regret watching this movie. Jadi, mari kita menonton film ini, lagi… he he he.
Siring Horwang as Mei Li
Theeradej Wongpuapan as Loong
Panisara Pimpru as Ped
Ungsumalynn Sirapatsakmetha as Plern
Release: 15 Oktober 2009
Sutradara: Adisorn Tresirikasem
Durasi: 120 menit