Libby Mason, wanita lajang berusia 27 tahun mempunyai pandangan pasti akan sosok The One. Kaya, mapan, punya pekerjaan bagus, rumah mewah, mobil bagus.., Dan semua yang bagus-bagus lainnya.. Demi mendapatkan pria yang sesuai dengan impiannya itu, Libby rela berkencan dengan pria-pria yang punya potensi menjadi Mr Right-nya kendati sebenarnya mereka tak tertarik padanya.
Sampai suatu ketika Libby bertemu dan berkenalan dengan Nick. Libby merasa nyaman dan senang ketika bersama Nick. Nick membuatnya tertawa, Nick menerima dirinya apa adanya, Nick hebat di ranjang (ehmm), serta Nick cukup tampan dan seksi. Nick mulai menggoyahkan pandangan Libby akan sosok Mr Right.
Sayangnya Libby tak mau mengakuinya. Nick yang berprofesi sebagai penulis sama sekali tak masuk daftar Mr Right dalam kamusnya. Libby menganggap Nick tak mampu memberinya prospek cerah untuk masa depannya seperti yang diharapkannya dari seorang pria. Nick tidaklah sesuai dengan gambaran Mr Right versinya. Apalagi Libby dan Nick saling setuju bahwa hubungan keduanya hanya sebagai selingan saja, tanpa komitmen apapun.
Mr Right impian Libby hadir dalam sosok Ed McMann, seorang bankir investasi kaya. Secara fisik Ed bukanlah tipe Libby. Bahkan Libby cenderung tak ‘menyukai’ Ed. Namun Libby menganggap Ed pria yang tepat untuk mewujudkan fantasi-fantasinya akan kehidupan mewah dan memberinya banyak hal lain yang tak bisa diperolehnya. Demi meraih angan-angan tersebut, Libby rela menjadi ‘orang lain’ agar sesuai dengan Ed yang memang berasal dari dunia yang berbeda dari Libby. Sesuatu yang dari lubuk hati Libby disadari tapi tak mau diakuinya.
Saking pinginnya memperoleh Mr Right impiannya, Libby menerima pinangan Ed dan mulai merencanakan pernikahan dengannya. Ayah serta sahabat dekat yang melihat sebenarnya Libby tak mencintai pria itu berusaha mencegahnya melakukan kesalahan fatal dalam hidupnya. Pada awalnya Libby bergeming, tetap pada pendiriannya. Namun lambat laun, perasaannya menuntunnya kembali pada Nick. Maukah Libby menerima bahwa dirinya memang jatuh cinta pada pria yang tak sesuai dengan gambaran Mr Right-nya?
Menyelami karakter Libby Mason dalam Mr. Maybe sangatlah menarik. Saya terhanyut dengan pemikiran-pemikirannya akan sosok ‘the one’ dalam hidupnya. Libby si wanita modern sampai pada fase memilih apakah Mr Right ataukah Mr Maybe yang terbaik untuk hidupnya? Selama ini dia memiliki pandangan pasti mengenai sosok Mr Right. Tapi apa yang akan terjadi jika ternyata Mr Right yang selama ini dianggap ‘sesuai’ justru tak tepat, dan sebaliknya, justru Mr Maybe yang pas?
Pergumulan mencari jawaban itulah yang bisa kita nikmati dalam chicklit Mr Maybe ini. Ya, kadang saya sebel dengan Miss Mason. Terlalu plin plan dan matre gitu he he he.. Di beberapa bagian ceritanya juga bikin bosan, terutama saat menceritakan hubungan Libby dengan Ed. Kayaknya sudah bisa diterka jika akhirnya Libby akan kembali pada Nick.
Meski begitu menurut saya Jane Green mengambil tema yang pas untuk masa kini. Pencarian sosok Mr Right lengkap dengan suka dan dukanya. Dari chickLit ini setidaknya saya bisa (semakin) menyadari, bahwa harapan akan Mr Right tak selalu bisa jadi kenyataan. Namanya Mr Right, kita pasti berharap yang terbaik, yang sempurna dari yang kita inginkan ada pada pria itu. But, heyyyy, tak ada orang yang sempurna bukan? Terima sajalah apa adanya jika kita memang benar-benar mencintai dan menginginkannya 🙂
Yang bagus dari Mr Maybe:
“Apakah ini berarti kau akhirnya menyadari bahwa uang bukanlah segala-galanya?” Jules menyeringai, dan aku tersenyum. “Bukan segalanya,” kataku. “Tapi itu berarti aku harus mendapatkannya sendiri.” (conversation between Jules and Libby)
Pengarang: Jane Green
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 536 lembar
Cetakan pertama, Juni 2005