Lion Air JT 626 yang membawa saya dari Jakarta mendarat mulus di landasan Bandara Internasional Juwata, Tarakan. Disusul suara pramugari yang memberitahukan bahwa pesawat mendarat lebih lambat dari jadwal semula. Saya bergegas mengambil tas yang tersimpan rapi di bagasi kabin. Seperti biasa, saya hanya membawa satu tas punggung. Kali ini isinya lebih ringan karena durasi perjalanan hanya 3D2N. Sembari menunggu pintu dibuka, saya melihat sekeliling. Pesawat yang bisa mengangkut ratusan penumpang ini hanya diisi sekitar 60 penumpang. Sepi. Padahal hari itu H-1 Idul Fitri.
Tak seperti bandara lain yang pernah saya datangi, Bandara Juwata tergolong kecil dan sepi. Di landasan, tak ada pesawat selain yang baru saja mengantar kami. Suasana sepi juga terlihat di luar ruang tunggu.
Penerbangan selama 2,5 jam membuat saya langsung masuk kamar kecil. Kondisi toilet di bandara tak begitu bersih, tapi masih relatif ‘aman’. Keluar dari toilet saya kebingungan di mana harus duduk untuk menunggu jemputan dari trip organizer (TO). Bangku yang berjejer hanya beberapa buah sudah penuh diduduki. Padahal waktu itu baru pukul 09.00-an WITA, berarti masih dua jam lagi sampai jemputan datang.
Saya berkeliling melihat kondisi sekitar. Hanya ada satu warung kecil di bagian depan bandara yang buka. Maklum, hari masih pagi dan masih bulan Ramadhan. Saya kemudian masuk dan memesan segelas teh panas. Saya sempat ingin memesan soto lantaran makanan terakhir yang masuk ke perut sudah sekitar 10 jam lalu. Sayangnya, saya batalkan. Saya ingat, sesuai itinerary yang diberikan pihak TO, sesudah menjemput di bandara, kami akan diantar ke rumah makan untuk menikmati makan siang sebelum naik speedboat menuju Derawan.
Selesai minum sambil sedikit ngobrol dengan pembeli lain, saya kembali bingung mencari tempat duduk. Akhirnya, saya duduk di emperan bandara. Rasa kantuk mulai menyerang. Flight pukul 05.00 dari Jakarta membuat saya terjaga semalaman. Sambil berulang kali menguap, saya tertegun; memikirkan bagaimana bisa sampai di Tarakan untuk selanjutnya melakukan perjalanan ke Derawan!
Entah apa yang merasuki saya hingga akhirnya memutuskan melakukan perjalanan ini. Seperti tahun sebelumnya, saat libur lebaran sayamemilih tidak pulang kampung. Pada 2011 saya ke rumah kakak di Samarinda, dan sempat berkeliling Balikpapan-Tenggarong. Ceritanya bisa diklik di sini. Nah, untuk libur Lebaran 2012 ini, saya sama sekali belum punya rencana destinasi spesifik. Karena hanya akan pergi seorang diri, saya memutuskan menggunakan jasa TO. Masalahnya, di masa libur lebaran, terutama hari H, nyaris tak ada TO yang membuka trip. Destinasi-destinasi yang masuk akal untuk didatangi dengan durasi 3D2N sudah saya cari. Mulai Belitung, Green Canyon Pangandaran, Kiluan, Krakatau, dll. Hasilnya nihil. Mayoritas trip baru dibuka pada H+2 atau H+3.
Saya tak mau menyerah, karena kalo menyerah artinya harus tersiksa di kosan selama libur lebaran. Usaha saya mulai menunjukkan titik cerah setelah melihat penawaran dari sebuah TO yang membuka trip ke Derawan dengan tanggal sesuai schedule. Ditambah lagi, harga paket yang ditawarkan lumayan terjangkau, mulai Rp850 ribu hingga jutaan. Derawan, sudah pasti masuk list para beach hunter seperti saya. Satu masalahnya, TO ini baru pertama saya dengar. Well, dengan dorongan daripada nelangsa di libur lebaran, saya pun mengontak TO tersebut, sembilan hari sebelum jadwal trip.
Di luar dugaan, pengelola TO, namanya Om Ivan, cukup responsif. Pertanyaan dan permintaan yang saya ajukan via bbm dijawab baik. Oke, kalau begini situasinya, tinggal satu yang harus saya kerjakan; mencari tiket penerbangan ke Tarakan. Agak deg-degan mengingat dalam suasana Hari Raya biasanya harga tiket melonjak gila-gilaan. Kalau terlampau mahal, tentu saya tak sanggup membelinya. Trip ke Derawan pun bisa batal. Namun sekali lagi di luar dugaan, Lion Air saat itu, H-7 lebaran, masih menyediakan seat promo. Total untuk flight ke Tarakan PP sekitar Rp 1,3 juta. Harga yang masuk akal.
Pesan tiket pesawat, sudah. Pesan paket trip sudah. So, saya secara resmi berangkat ke Derawan! ‘Sesimpel’ itu. Saya bahkan belum mengabari keluarga di rumah secara serius. Sebelumnya hanya sekadar sounding saja. Ingat keluarga, saya lantas menelpon Bapak, mengabarkan jika sudah tiba di Tarakan dengan selamat. Sesudah itu, saya sempat tertidur, bangun, dan membaca koran lokal. Tertidur lagi, dan finally, bunyi dering hp yang saya tunggu terdengar juga. Dari Om Ivan yang mengabarkan sudah siap menjemput.
Benar saja, tak berapa lama kemudian jemputan datang. Saya langsung di bawa ke pelabuhan untuk selanjutnya ditransfer by speedboat menuju Derawan. Nah lho, kapan makannya batin saya? Ternyata Sodara-sodara, ada ‘improvisasi’ dalam itinerary. Gara-gara hanya saya seorang diri yang berasal dari luar Tarakan, schedule makan dihilangkan. Hiks. Untung saja tak berapa kemudian kami digiring menuju speedboat. Di pelabuhan sudah menunggu wisatawan lain yang mayoritas berasal dari Tarakan, sisanya dari beberapa kota lain di Kalimantan Timur. Akhirnya, perjalanan menuju Derawan dimulai!
Sebenarnya, saya sudah merasa cukup punya pengalaman ‘terkatung-katung’ di atas kapal atau speedboat. Jadi kali ini saya santai saja. Tapi rasa santai itu hanya bertahan selama 1,5 jam awal perjalanan. Sisa perjalanan saya lewati dengan penuh derita. Bukan, saya tidak mabuk berat seperti ketika ke Karimunjawa dulu (klik di sini). Meski ombak dalam perjalanan ke Derawan ini tergolong tak bersahabat, saya baik-baik saja alias tak mabuk. Tapi, saya kebelet pipis!! Ditambah lagi, perut keroncongan lapar. Dengan goncangan keras tiap kali speedboat menerjang ombak yang tak ramah, hasilnya, perut ini sakit tak karuan. Antara menahan pipis dan kelaparan.
Duh, waktu seakan berjalan begitu pelan. Tiap gerakan membuat hasrat ingin pipis muncul. Lapar mungkin bisa ditahan, tapi pipis?! Saya hanya bisa berharap segera sampai tujuan agar tak pipis di celana hi hi hi.. Harapan itu tidak cepat terkabul karena memang jarak masih panjang. Tapi Tuhan Maha Adil. Dia memberi saya kekuatan untuk bertahan :p Dan, sampailah kami di Pulau Derawan. Tujuan pertama setelah menjajakan kaki di darat, the one and only; toilet!! Tapi sekali lagi Sodara-sodara, kesabaran saya diuji. Dengan pipis yang sudah dalam posisi terjun bebas, saya masih harus mengantri. Oh tidaaak… Maka, sesaat setelah pipis adalah perasaan terlega di duniaaaa!! ha ha ha… Derawan, I come to youuu!!
Begitu urusan pipis beres, ada satu urusan lagi yang harus dipenuhi. Apa lagi jika bukan soal makan. TO baru menyediakan makan malam. Tak mungkin saya menunggu lebih lama lagi. Setelah pembagian kunci kamar, saya mulai menyusuri perkampungan dengan dua rekan satu rombongan yang kamar penginapannya bersebelahan dengan kamarku, Bang Andy dan Bang Derryl. Meski masih bulan Ramadhan, banyak warung makan yang buka. Kami memutuskan makan di sebuah warung yang agak ramai. Pesanan saya; nasi goreng+telur dadar dengan segelas teh panas. Tak begitu nikmat rasanya, tapi berhubung lapar, ya dinikmati saja. Total kerusakan; Rp25 ribu. Mahaaal.
Selesai makan, kami kembali ke penginapan yang terletak persis di pinggir pantai. Di depan kamar, sudah menunggu rekan sekamar saya, Ria dari Jakarta. Dia tak ikut rombongan dari Tarakan karena sudah tiba di Derawan sehari sebelumnya untuk diving. Kami langsung klop.
Hari itu ditutup makan malam, lagi, kali ini yang disajikan dari TO. Sambil berbaring di atas kasur dan sayup-sayup terdengar gema takbir, saya berujar dalam hati. “Sampai juga ke Derawan, destinasi yang ada di daftar setiap beach hunter, namun tak terbayang saya kunjungi dalam waktu dekat. Ini bukan mimpi.. Jadi saya tertidur dengan senyum mengembang. Besok pagi saya akan melihat dengan mata sendiri keelokan Kepulauan Derawan yang termasyur itu… Sleep well then.
NOTE
-Ada dua cara menuju Derawan, yakni melalui Tarakan dan Berau. Dari Jakarta, rata-rata penerbangan menuju Tarakan lebih murah ketimbang ke Berau. Namun, waktu di atas speedboat akan jauh lebih singkat jika kita berangkat dari Berau daripada Tarakan. Estimasinya, apabila dari Tarakan kita akan berada di lautan selama sekitar tiga jam. Maka jika dari Berau, tepatnya, Tanjung Redep maksimal perjalanan laut hanya satu jam. Yang agak lama, perjalanan darat dari bandara Kalimarau di Berau menuju Tanjung Redep, yakni sekitar dua jam. Silakan, tinggal pilih akses mana yang paling nyaman.
-Pembeda paket trip yang paling kentara adalah mengenai penginapan. Paket termurah, biasanya terletak di perkampungan (tidak persis dekat pantai). Berikutnya di dekat pantai dengan atau tanpa AC. Yang termahal jelas memiliki fasilitas paling komplet include biaya sewa alat snorkeling.
-Info Trip Organizer: Zebaoth Tour, Telp: 0551-5531500, HP: 082157352323, 087810155111, Blog: http://www.zebaotheo.blogspot.com
Atau bisa juga di: Rinjani Getaway, CP: 087836394105, 082188006255. Web: http://www.rinjanigetaway.com