Bridget Jones, wanita lajang berusia tiga puluhan, merasa yakin dirinya akan bahagia jika:
1. berhasil menurunkan berat badan
2. berhenti merokok
3. punya ketenangan batin
Karena belum mempunyai pacar, orang-orang di sekitarnya berusaha menjodohkan Bridget dengan beberapa pria. Salah satunya dengan Mark Darcy, duda dan pengacara kaya yang serius, pendiam, dan berpenampilan agak kuno. Bridget tidak memperdulikan Mark karena ia jatuh cinta dengan bosnya di perusahaan penerbitan, Daniel Cleaver, yang ganteng, modern, dan mata keranjang. Sampai suatu hari Daniel mengkhianatinya dengan perempuan lain.
Setelah itu Mark mulai intensif mendekati Bridget. Bridget pun mulai merasakan ketertarikan padanya. Apalagi Mark berhasil membantu ibu Bridget yang terkena imbas kasus yang melibatkan Julio, teman dekatnya. Endingnya jelas, Bridget mendapatkan Mark. Dan pesan moralnya, just be yourself. Kalau (sudah) jodoh tak akan kemana wkwk. Dia pasti menerimamu apa adanya; gemuk, kriting, kurus,.bla bla bla yang membuat wanita kurang percaya diri lainnya.
Seperti tertulis pada review di cover belakang bukunya, Bridget Jones’s Diary memotret kehidupan wanita yang mulai panik membayangkan mereka akan hidup sendirian karena belum juga menemukan pria impian. Chicklit ini juga berkisah tentang pergulatan wanita tahun 1990-an yang terus berupaya memperbaiki diri agar bisa diterima di dunia yang kejam, yang segalanya ditentukan oleh penampilan luar.
Dapat chicklit ini (masih) di Yusuf Agency dengan harga 15 ribu plus hati girang. Secara saya penasaran dengan versi bukunya. Dulu waktu nonton filmnya kesannya bagus. Nah, biasanya versi aslinya lebih bagus. Tapi kok menurut saya ndak gitu ya? Sebenarnya saya agak kesulitan menekuni buku ini 🙂 Ndak tahu kenapa tapi terasa tak enjoy gitu membacanya. Mungkin karena gaya penulisannya berupa diary, lengkap dengan hari dan tanggalnya. Saya seringnya tak terlalu perhatian dengan detil semacam itu he he he.
Atau, karena saya duluan nonton filmnya daripada baca bukunya? Jadi kayak udah tahu ceritanya gitu yang berakibat jadi malas membaca secara utuh he he he.. *kebiasaan baca bukunya dulu baru nonton filmnya (jika dijadikan versi layar lebar)
Well, untuk Bridget Jones’s Diary ini saya lebih suka nonton filmnya daripada baca versi asli bukunya. *Aneh, karena selama ini untuk film-film yang diadaptasi dari buku, saya lebih menyukai versi buku daripada filmnya itu.
Pengarang: Helen Fielding
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 416 lembar
Cetakan kedua, April 2003