Jas Merah Korea Selatan dan Angan Indonesia Punya Museum Asian Games 2018

Kapan kita (Indonesia) punya Museum Asian Games 2018?

Seperti biasa di saat diam, saya kadang memikirkan sesuatu. Kali ini, tiba-tiba memikirkan hal itu. Saat itu saya sedang naik Seoul Metro. Hari menjelang malam, ada sunset indah yang makin mempercantik panorama Sungai Han, dan saya sedikit mengantuk.

Saya baru saja menyambangi Seoul World Cup Stadium. Tujuan utama saya untuk mengunjungi Football Faentasium, yang berada dalam kompleks stadion itu.

Sesuai namanya, Seoul World Cup Stadium dibangun sebagai satu di antara venue Piala Dunia 2002. Stadion yang dibuka pada November 2001 ini menggelar pertandingan di fase grup serta semifinal, tim tuan rumah melawan Jerman.

Itu adalah pertandingan bersejarah buat Timnas Korea Selatan, karena untuk kali pertama, mereka mampu melaju hingga empat besar Piala Dunia, meski akhirnya asa ke final kandas karena kalah 0-1 dari Jerman.

Namun, stadion itu tetap jadi saksi bisu momen kejayaan sepak bola Korsel dan suka cita fans di negara itu. Maka, tak salah jika Asosiasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA) lantas membangun Football Faentasium di sana. Football Faentasium itu nama keren dari sebuah museum.

Hanya, jangan terjebak dalam stigma museum sebagai tempat mengumpulkan benda-benda kuno dan jadul. Di Football Faentasium, semua hal yang berbau sepak bola Korea Selatan dikemas secara modern.

Saya rela menyambangi Seoul World Cup Stadium untuk kali kedua, demi melihat isi Football Faentasium itu. Pada kunjungan pertama saya, April 2016, saya hanya bisa mengikuti tur stadion saja karena Football Faentasium masih dalam renovasi, jadi ditutup untuk umum.Selang dua tahun, keinginan itu terwujud. Football Faentasium tak besar. Dia menempel di satu di antara bagian stadion, kalau di sini gambarannya mungkin seperti Alfamart yang ada di Stadion Gelora Bung Karno. Kalau biasa jogging di GBK, lokasi Football Faentasium mirip lokasi di mana Alfamart itu berada.

Namun, keberadaan Football Faentasium ini jadi penanda, Korea Selatan pernah menggelar event yang luar biasa besar; Piala Dunia. Event itu, sampai kapan pun saya yakin tak akan dilupakan warga Negeri Ginseng karena jadi sebuah kebanggaan.

Apalagi, mereka mampu mengukir prestasi terbaik di ajang itu. Sekalipun berpartner dengan Jepang dalam status sebagai tuan rumah, kebanggaan pernah menyelenggarakan Piala Dunia 2002 tak akan luntur.

Semangat, persatuan, gairah, pengorbanan, kegembiraan, air mata, kebanggaan yang tertumpah selama Piala Dunia 2002 itulah, yang sekiranya ingin dijaga dan diawetkan oleh KFA melalui Football Faentasium ini. KFA ingin generasi mendatang tahu negaranya pernah menjadi tuan rumah pesta sepak bola terbesar sejagat.Pemikiran itu berkecamuk dalam otak saya. Saya juga pernah merasakan kebanggaan seperti itu, batin saya. Sebagai warga negara Indonesia yang kebetulan tinggal di Jakarta dan mengikuti Asian Games 2018 dari hari ke hari, saya sampai detik ini masih merasa bangga, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games.

Saya ingat, berusaha menahan air mata saat melihat upacara pembukaan Asian Games 2018 lewat layar lebar yang ada di ruang media yang disiapkan untuk kalangan jurnalis. Saya merinding, takjub, negara tercinta ini akhirnya bisa menggelar pesta olahraga se Asia.

Begitu pula pada pesta penutupan, saya dibuat tak percaya, Indonesia berhasil menjalankan tugas dengan baik sebagai tuan rumah Asian Games 2018, yang diramaikan 45 negara dengan 11.720 atlet. Plus, Indonesia finis di peringkat keempat dalam tabel perolehan medali. Prestasi yang spektakuler.

Indonesia pada 1962 pernah jadi tuan rumah Asian Games. Namun, generasi saya, atau sebutlah saya sendiri saja, tak merasakan “kebanggaan” itu. Sekadar tahu sebagai sebuah sejarah, plus peninggalan yang sampai saat ini masih bisa dilihat seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Tetapi, selain itu, jujur saja, saya sebagai generasi 90-an, “tak merasakan apa-apa”.Mengacu keberadaan Football Faentasium ini, saya jadi punya pikiran seperti di atas itu. Kapan ya kita (Indonesia) punya Museum Asian Games 2018? Museum yang isinya menyimpan kenangan luar biasa selama Asian Games 2018. Museum itu, sebenarnya bukan untuk orang di masa sekarang, tetapi peninggalam berharga untuk anak dan cucu.

Indonesia memang punya Museum Olahraga yang ada di TMII. Saya yakin, perihal Asian Games 2018 ada di situ. Tetapi, menyimpan kenangan itu di sana saja, tidak cukup. Korea Selatan punya banyak museum yang menyimpan berbagai sejarah, termasuk dalam hal olahraga. Namun, Piala Dunia 2002 merupakan hal istimewa.

Sejatinya Football Faentasium tak melulu berisi kenangan Piala Dunia 2002. Itu adalah bangunan di mana kita bisa mendapatkan informasi perihal sepak bola Korea Selatan. Ada sejarah berdirinya KFA hingga kemunculan K-League.

Pengenalan nilai-nilai sportivitas dalam permainan sepak bola, juga ada dalam satu di antara bagian museum ini. Namun, aroma kebanggaan pernah menggelar Piala Dunia 2002 tercium sangat kuat. Maklum nama lengkap museum ini adalah “Football Faentasium 2002 FIFA World Cup Museum”.

Berbagai fasilitas permainan interaktif di Football Faentasium, seperti VR headset football menggunakan potongan-potongan pertandingan Piala Dunia 2002, memorabilia terkait Piala Dunia 2002 tampak lengkap dipamerkan.

Kita juga bisa “berjumpa” dengan pemain-pemain Timnas Korsel di Piala Dunia 2002 semisal Park Ji-sung dan Lee Young-pyo, Oh ya, medali emas yang meraka raih di cabor sepak bola putra Asian Games 2018 juga sudah dipamerkan di sini…

Meski terbilang tak luas, Football Faentasium dilengkapi fanstore, di mana pengunjung bisa membeli pernik-pernik Timnas Korsel serta ada pula kafe mungil dengan detail yang tak luput dari hal berbau Piala Dunia 2002.

Pengunjung juga bisa mendapat informasi dari petugas. Oppa-oppa ini menemani kita, memberikan penjelasan yang diperlukan dalam bahasa Inggris.

Di sisi lain, saya sempat kepikiran, Korea Selatan membangun Football Faentasium ini karena mereka katanya negara yang rakyatnya gemar “merayakan atau memperingati” suatu hal. Misal nih, peringatan hari ke-100 pacaran, memperingati satu tahun pacaran, dll.

Pada kesempatan lain, saat sedang di Olympic Park, saya melihat di sana ada persiapan peringatan satu tahun penyelenggaran Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018. Dari namanya, Olympic Park memang didedikasikan, lagi-lagi untuk mengenang bahwa Korea Selatan pernah jadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas pada 1988.

Namun, saya meyakini, Football Faentasium atau Olympic Park tak lahir hanya dari kebiasaan warga Korea Selatan yang suka memperingati dan merayakan itu, melainkan memang ada upaya menjaga sejarah demi generasi mendatang. Faktanya, Jepang juga melakukan hal sama.

Saya pernah berkesempatan mengunjungi Japan Football Museum pada 2014. Isinya hampir mirip di Football Faentasium, yakni memuat sejarah, pasang surut sepak bola Jepang, serta yang utama; memamerkan kebanggaan jadi tuan rumah Piala Dunia 2002.

Berkaca dari situ, saya merasa semestinya kita punya Museum Asean Games 2018, agar suatu saat kelak, mungkin saya atau kalian yang membaca tulisan ini, bisa mengajak anak-anak atau keponakan ke situ dan dengan sukacita menceritakan kebanggaan bahwa Indonesia pernah jadi tuan rumah Asian Games 2018.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s