Flight tujuan Da Nang, Vietnam, pada pukul 13.25 membuat kami harus bangun pagi-pagi. Saking kepagiannya, kami kaget karena di luar ternyata masih gelap gulita. Pak No menyarankan kami untuk ngopi dulu sebelum berangkat kembali ke LCCT. Pria yang berasal dari Pacitan itu juga memberi kami petunjuk jalan tercepat menuju halte bus yang akan membawa kami ke Melaka Sentral.
Kami lantas mengucapkan salam perpisahan dengan Pak No, dan menyusuri jalan setapak di tepian Melaka River yang membelah Kota Melaka. Sungguh terasa tenang pagi itu. Semburat mentari pagi yang indah semakin mempercantik Melaka yang juga terlihat sangat bersih dan rapi di setiap sudutnya.
Di Melaka Sentral kami menyempatkan diri sarapan. Kejadian hari sebelumnya tentu tak ingin kami ulangi:) Kali ini, menu dan harganya terasa pas! Jadi, good bye Melaka… 15 jam tentu masih kurang untuk mengenal Melaka lebih dalam. Namun, kami senang telah menginjakkan kaki di satu kota wisata andalan Negeri Jiran itu.
Kini tiba waktunya kami bergeser ke Vietnam. Bandara Da Nang, terkesan lengang begitu kami sampai di sana sekitar pukul 15.15 waktu lokal. Toko-toko banyak yang tutup karena hari itu hari Minggu. Kami tak bisa menukar uang lantaran satu-satunya money changer ikut tutup. Mobil yang telah kami pesan untuk membawa kami ke Hoi An juga belum terlihat. Kami celingak-celinguk mencari orang yang ditugaskan menjemput, siapa tau kami melewatkan orang yang dimaksud.
Sampai, akhirnya datang seorang pria membawa kertas bertuliskan nama Yus Mei. Dengan bahasa Inggris terbata-bata ia mempersilakan kami masuk mobil. Kami agak susah berkomunikasi dengannya karena bahasa Inggris yang terbatas itu. Tapi, Bapak dengan cuek mengajaknya bercakap-cakap. Di belakang saya sedikit geli. Saya tahu Bapak juga tidak bisa berbahasa Inggris. Ya, paling hanya tau kalimat-kalimat populer serta dasar saja. Hasilnya, dua orang itu sama-sama tidak nyambung ha ha ha.
Da Nang bisa dibilang terletak di tengah-tengah Vietnam. Kota ketiga terbesar setelah Ho Chi Minh dan Hanoi. Selain itu Da Nang lebih dikenal sebagai kota perdagangan ketimbang kota tujuan wisata seperti HCM dan Hanoi yang begitu populer di kalangan wisatawan.
Sebenarnya kami juga masih asing dengan Da Nang, yang letaknya berdekatan dengan Hoi An serta Hue. Kami baru mencari tau apa yang ada di Da Nang dan sekitarnya setelah ada penawaran terbang perdana KUL-DAD dari AirAsia. Pada penawaran promo itu, AirAsia menampilkan pic Da Nang dengan pantainya. Sebuah alasan yang cukup bagi saya untuk ke sana. Ternyata, Da Nang dan kota di sekitarnya punya banyak destinasi menarik lain yang berhubungan dengan budaya serta sejarah. Itulah mengapa saya akhirnya mengajak serta Bapak dalam perjalanan kali ini. Trip ke ancient town seperti ini pasti pas dengan Bapak he he he.
So, di sinilah kami. Perjalanan ke Vietnam kali ini tak hanya pertama kalinya bagi Bapak, namun juga bagi saya, Krisna, dan Akbar. Kami semua begitu excited, tak sabar untuk segera menikmati Da Nang serta Hoi An. Chào mừng đến Việt Nam! (selamat datang di Vietnam!)
Kami memutuskan untuk lebih mengeksplor Hoi An, yang terletak sekitar 30KM sebelah selatan Da Nang. Ukuran Hoi An yang lebih kecil lebih pas dengan durasi perjalanan kami ketimbang memaksakan diri sampai ke Hue, yang berjarak 120KM dari Da Nang. Hue juga punya banyak spot menarik dengan atmosfer kota tua seperti Hoi An. Tetapi, kami harus mempertimbangkan segi kepuasan serta kondisi fisik. Jangan sampai dalam perjalanan kali ini justru ke sana ke mari, capek di jalan, sehingga tak bisa meresapi kenikmatan perjalanan itu sendiri.
Sepanjang perjalanan, driver tetap memandu dengan keterbatasan bahasa Inggrisnya. “Itu gedung pemerintahan, itu arena olah raga,” ujarnya sambil menunjuk bangunan-bangunan yang kami lewati. Saat kami mengulik lebih lanjut, dia hanya tersenyum dan tidak membalas pertanyaan kami. Aaah dia tidak mengerti maksud omongan kami ha ha ha.
Dari bandara ke Hoi An ditempuh kurang dari satu jam. Tepat sebelum memasuki Hoi An, anehnya, saya merasa seperti sedang pulang kampung. “Kok mirip suasana di rumah ya Pak,” kata saya pada Bapak. Bagaimana tidak, jika saya dihadapkan pada persawahan yang luas di kanan kiri jalan serta orang-orang lalu-lalang bersepeda. Suasana di sana sore itu benar-benar mengingatkan saya akan kampung halaman. Bapak pun hanya mengangguk-angguk saja.
Tak berapa lama kemudian kami sampai di hostel. Tanpa mandi kami bergegas kembali keluar kamar setelah meletakan ransel. Tak sabar menjelajah Kota Tua Hoi An… <BERSAMBUNG>
INFO PENGINAPAN
Dai Long
680 Hai Ba Trung Street, Hoi An
-Standard Twin Private Ensuite 9 USD/pax
-Standard 3 bed Private Ensuite 8 USD/pax
tulisan yg inspiratif.sayang, blog saya hanya skopnya lokal Bima.
LikeLike
wah terima kasih dibilang tulisannya inspiratif. niatnya hanya ingin berbagi saja… hehehe tulisan soal bima dan skitarnya kan juga bagus :))
LikeLike