“Dan Mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat…” (Soe Hok Gie 1942-1969)
Cuplikan dari mahasiswa sekaligus aktivitis di masa pemerintahan Soekarno tersebut mengawali buku Meraba Indonesia (MI); Ekspedisi ‘Gila’ Keliling Nusantara, setebal 374 halaman, karya Ahmad Yunus. Siapa Ahmad Yunus? Seperti yang tertera di buku MI dan penuturannya di DVD MI, dia mantan jurnalis di sejumlah media. Sekarang jadi jurnalis lepas.
Ahmad dan rekannya yang lebih tua, Farid Gaban (juga jurnalis), pada 3 Juni 2010 memulai ekspedisi berkeliling Indonesia. Dimulai dari Jakarta, ke Sabang-Merauke, dan kembali ke Jakarta lagi. Seluruh perjalanan itu memakan waktu 10 bulan.
Menariknya, Ahmad-Farid memilih menggunakan sepeda motor untuk menjelajahi Indonesia. Mirip dengan duet Charley Boorman-Ewan McGregor di Long Way Down yang melintasi Skotlandia menuju Afrika Selatan. Menurut saya, ada perpaduan juga dengan By Any Means-nya Charley. Yakni, sebisa mungkin perjalanan ditempuh tidak dengan menggunakan pesawat. Terserah mau pakai motor, mobil, angkot, kapal, sampan, yang terpenting tidak menggunakan pesawat sebagai moda transportasi.
Balik ke MI, buku ini merupakan catatan perjalanan, yang tentu saja bukan menjadi keseluruhan catatan Ahmad-Farid. Kalau sampai keseluruhan, saya yakin bisa jauh lebih tebal bukunya. Maklum, dalam perjalanan hampir setahun itu mereka menyinggahi 80 pulau terpencil (beberapa merupakan pulau terluar) di Tanah Air. Pasti banyak cerita suka duka yang dialami. Jika masih belum puas dengan hanya membaca buku MI, silakan klik link ini. Itu adalah situs Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa, yang menjadi tajuk perjalanan ekspedisi keliling Indonesia ini.
Jika dikaitkan dengan pemikiran Soe Hok Gie di atas, maka kita boleh berterima kasih dengan ekspedisi Ahmad-Farid. Kita, aku sendiri terutama, tidak perlu ‘susah-susah’ berkeliling seperti mereka untuk melihat kehidupan rakyat Indonesia di luar Pulau Jawa, yang katanya mencapai 17 ribu ini!
80 pulau yang dikunjungi Ahmad-Farid memang tidak sebanding dengan jumlah pulau di Indonesia. Tapi paling tidak, dengan membaca buku MI ini kita bisa punya gambaran tentang kehidupan masyarakat di sana dengan segala realitanya.
Pernah dengar Pulau Midai? Pulau Jinato? Kepulauan Banggai? Pastinya ada yang tahu. Tapi, saya yakin yang belum pernah dengar jauh lebih banyak, macam asaya ini he he he he. Ada lagi, pernahkah dengar Hilinawalo Mazingo? Itu bukan nama kota, daerah, atau apapun di luar negeri yah. Lantas apa itu? Silakan cek di halaman 70 🙂 Atau, taukah bila pada masa konflik Maluku lalu senjata tajam yang digunakan dalam kerusuhan itu ada yang merupakan produksi tukang besi di Pulau Binongko? Taukah juga, kalau pas musim kemarau salah satu bagian sungai Kapuas bisa dijadikan lapangan sepak bola?
Bagi saya, buku MI ini sungguh luar biasa. Memotret kehidupan masyarakat Indonesia yang katanya negeri kaya ini, namun realitanya tidak semua dan nyaris sebagian besar rakyatnya justru belum bisa menikmatinya. Ada yang ironis, tragis, namun juga ada yang bikin bangga.
Senang sekali saya membaca, melahap lembar demi lembar. *meski saya butuh waktu agak lama untuk menyelesaikannya xixixixi. Saat membaca buku ini saya serasa dibawa ikut dalam ekspedisi. Pikiran saya mengelana ke tempat-tempat di mana ekspedisi berlangsung… Tak jarang, saya langsung gugling untuk mencari informasi tambahan seperti di mana letak pulau a, b, c, setiap kali membaca suatu lokasi yang masih asing bagi saya.
Agak menyesal saya melewatkan pemutaran sekaligus diskusi dokumenter Zamrud Khatulistiwa pada April tahun lalu. Setelah itu, saya sama sekali melupakan soal ekpedisi ini, sampai saya mendapat info mengenai buku MI dari seorang teman beberapa waktu lalu. Padahal selama 2011, banyak diskusi dan bahkan pameran yang digelar terkait Zamrud Khatulistiwa. Yah semoga saja besok-besok masih ada lagi. Kepingin ikut nimbrung he he he. Sekarang, cari buku Ahmad Yunus dan Farid Gaban lainnya aah… 😀
PERINGATAN:
-Selama dan sesudah membaca MI, jangan heran kalau kita jadi (semakin) jatuh cinta pada Indonesia dengan segala kekayaan dan kemiskinannya.
-Jangan heran apabila selama dan sesudah membaca MI langsung pingin nyamber ransel dan menuju ke salah satu pulau indah yang ada di buku…
Pengarang: Ahmad Yunus
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta, cetakan II September 2011
Jumlah halaman: 374 lembar