Have A Little Faith

Have A Little Faith adalah buku ketiga karya penulis memoar paling laris sepanjang masa, Mitch Albom, yang saya baca. Dua buku sebelumnya, Five People You Meet In Heaven dan For One More Day, sukses memukau saya.

Saya memang menyukai buku-buku karya Mitch Albom. Menceritakan sebuah kisah nyata, yang sangat menggugah dan memberi kita banyak pelajaran, namun dengan cara yang tidak menggurui. Bukunya bukan termasuk bacaan yang ‘berat’ meski kadang saya mengulang beberapa kali ketika menemukan tulisannya yang ‘dalam’ agar benar-benar mengerti apa maksudnya.

Saya sangat beruntung menemukan buku Have A Little Faith yang dalam versi bahasa Indonesia diberi judul “Sadarlah” dalam tumpukan buku yang dijual obral. Sepuluh ribu saja saya keluarkan, dan sebagai gantinya, saya mendapatkan buku yang terbilang masih mulus, serta kesempatan mendapat pencerahan šŸ™‚

Sama seperti dua buku lainnya, dan sepertinya menjadi kekhasan karya Mitch Albom, buku ini masih menceritakan seputar kematian serta kesempatan kedua. Secara khusus buku ini mengangkat tema bagaimana bertahan ketika hal-hal yang sulit terjadi, apa itu surga, perkawinan, pengampunan, meragukan Tuhan, dan pentingnya iman.

Kali ini tokoh utamanya selain Mitch Albom sendiri, adalah seorang rabi dan seorang pendeta. “Ini kisah tentang keyakinan terhadap sesuatu dan dua orang yang sangat berbeda yang mengajariku tentang cara beriman”, tulis Mitch.

Rabi tersebut bernama Albert Lewis, sedangkan si Pendeta bernama Henry Covington. Gaya penulisan yang dipakai Mitch di buku ini cukup unik. Bagi yang kurang fokus saat membaca, mungkin agak sedikit membingungkan karena Mitch tidak terpaku pada urutan waktu. Ia meloncat ke masa kini, masa lalu, dan ke masa sekarang untuk menceritakan kisah kedua tokoh tersebut, juga kisahnya dengan sang rabi dan si pendeta.

Kisah Mitch dimulai dengan permintaan sang rabi padanya. “Maukah kau menyampaikan eulogi terakhir untukku?” tanya Reb pada Mitch. (eulogi sesuai artikata.com berati ucapan atau tulisan yang memuji atau menghormati seseorang, terutama yg sudah meninggal dunia). Bermula dari pertanyaan yang akhirnya menjadi permintaan itulah, Mitch justru menjalani kisah luar biasa di hidupnya. “Dan sebagaimana dengan keyakinan lainnya, aku merasa sedang dimintai tolong, padahal akulah yang sedang ditolong”, begitu kata Mitch. Mengapa demikian? itu karena Mitch akhirnya mengabulkan permintaan Reb. Dan untuk itu, ia harus mengenal lebih dekat Reb. Usahanya mendekat pada Reb membawanya kembali ke masa-masa lalu, sekaligus mengajarinya banyak hal tentang kehidupan.

-wikipedia-

Sebagai pembaca, saya mendapatkan banyak percakapan indah antara Reb dengan Mitch. Contohnya seperti yang tertulis di halaman 108: “Nah, anak itu,” katanya, “mengingatkanku akan sesuatu yang diajarkan oleh para tokoh besar kita. Ketika bayi lahir ke dunia, tangannya mengepal bukan? Seperti ini?” Ia mengepalkan tangannya. “Mengapa? Karena bayi, belum mengetahui mana yang lebih baik, ingin menggenggam apa pun untuk mengatakan, ‘Seluruh dunia ini milikku.’ “Lalu ketika seseorang yang sudah tua meninggal, bagaimana ia mati? Dengan tangan terbuka. Mengapa? Karena ia telah mendapatkan pelajaran itu.” Pelajaran apakah itu? tanyaku. Ia merentangkan tangan jemarinya lebar-lebar. “Kita tidak dapat membawa serta apa pun.”

Atau, saat Reb menyimpulkan rahasia kebahagiaan di halaman 109. “Jadi, sudahkan kita menyimpulkan rahasia kebahagiaan? “Menurutku begitu,” katanya. Apakah Anda akan memberitahu saya? “Ya. Siap?” Siap. “Merasa cukup.” Itu saja? “Penuh rasa syukur.” Itu saja? “Atas apa yang kita miliki. Atas cinta yang kita terima. Dan, atas segala yang telah Tuhan berikan kepada kita.”

Bersamaan dengan usahanya lebih dekat dengan Reb, Mitch mengenal Henry Covington. Perkenalannya dengan Henry menghadirkan fakta bahwa masa lalu sang pendeta sangat suram. Cerita masa lalu Henry, ditambah dengan kisah masa kininya kian memperkaya pemahaman Mitch (dan pembaca), akan kehidupan ini. Bagaimana kita menjaga harapan,Ā  sama seperti memelihara iman.

Pada akhirnya, Have A little Faith adalah buku tentang tujuan hidup; tentang kehilangan iman dan menemukannya kembali; tentang cahaya Ilahi di dalam diri kita; tentang perjalanan iman seorang manusia, namun juga merupakan kita semua.

Sekali lagi, saya dibuat mengharu-biru oleh Mitch Albom. Seperti dua buku sebelumnya, saat membaca buku ini, i could not help myself not to cry…

 

Pengarang: Mitch Albom
Alih Bahasa: Rani R. Moerdiarta
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 265 lembar
Cetakan pertama, November 2009

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s